Mengenal sejarah keramik dan perkembangannya membawa kita pada jejak panjang penggunaan ubin dalam kehidupan manusia. Sejak ribuan tahun lalu, manusia telah menggunakan ubin keramik untuk menghiasi dinding dan lantai. Material ini menawarkan daya tahan, bentuk yang bervariasi, serta kemudahan dalam perawatan dan pemasangan.
Selain berfungsi sebagai penutup permukaan, ubin juga memiliki nilai estetika tinggi. Arsitek zaman kuno hingga sekarang terus memilih ubin keramik karena tahan terhadap air, noda, dan abrasi.
Mengenal sejarah keramik dan perkembangannya membawa kita pada penggunaan tanah liat yang dibakar sebagai material bangunan. Istilah “keramik” berasal dari bahasa Yunani keramos, yang berarti tanah liat yang telah melalui proses pembakaran. Masyarakat Mesir dan Tiongkok mulai menggunakan ubin tanah liat sejak sekitar 4000 SM.
Bangsa Mesopotamia menghias bangunan mereka dengan ubin dekoratif sejak 3000 SM. Mereka mengeringkan tanah liat di bawah sinar matahari sebelum mengembangkan teknik pembakaran dalam kiln. Inovasi ini membuat ubin menjadi lebih keras dan tahan lama.
Seiring waktu, ubin keramik berkembang mengikuti budaya dan teknologi yang ada. Setiap peradaban memiliki ciri khas tersendiri dalam memproduksi dan menggunakan ubin.Periode Inovasi Ubin Mesir Kuno Membakar tanah liat untuk membuat ubin dekoratif Dunia Islam Menerapkan teknik moraq dan glasir warna-warni Eropa Abad Tengah Mengembangkan ubin encaustic dan delftware Revolusi Industri Mencetak tanah liat dengan mesin untuk produksi massal Abad Modern Menggunakan teknologi digital dan 3D printing
Teknik pemotongan, pembakaran, dan glasir terus disempurnakan dari masa ke masa. Pada era modern, kemajuan teknologi membuat produksi ubin menjadi lebih presisi dan efisien.
Mengenal sejarah keramik dan perkembangannya juga mengajarkan kita tentang klasifikasi ubin. Berdasarkan permukaannya, produsen membagi ubin menjadi dua jenis:
Berikut jenis ubin berdasarkan suhu pembakaran: