Dampak penurunan suku bunga BI menjadi perhatian utama dalam pergerakan sektor properti nasional. Saat Bank Indonesia menurunkan BI-Rate, bunga kredit dan simpanan otomatis ikut menyesuaikan. Hal ini berdampak besar terhadap akses pembiayaan perumahan dan tren investasi di bidang properti. Penurunan suku bunga mengubah daya beli masyarakat sekaligus menciptakan peluang pertumbuhan bagi para pengembang dan investor properti.
Bunga KPR Lebih Ringan dan Dorongan Daya Beli
Dampak penurunan suku bunga BI paling terasa pada bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Saat bunga KPR turun, beban cicilan menjadi lebih ringan. Hal ini mendorong masyarakat kelas menengah untuk mengambil keputusan membeli rumah lebih cepat.
Penyesuaian ini juga membuat pembiayaan properti lebih terjangkau bagi kelompok muda dan pekerja milenial. Mereka bisa mengalokasikan penghasilan tetap untuk memiliki hunian tanpa tekanan finansial yang besar. Penurunan cicilan secara langsung meningkatkan kapasitas konsumsi atau alokasi dana ke sektor produktif lainnya.
Peningkatan Permintaan dan Aktivitas di Pasar Properti

Dengan bunga pinjaman yang rendah, minat terhadap rumah tapak dan apartemen mulai tumbuh kembali. Banyak pengembang melaporkan kenaikan minat pembeli sejak pertengahan tahun 2024, ketika suku bunga mulai diturunkan secara bertahap.
Dijual Apartment Saffron Noble Sentul City Lantai 32 Unit 11 Suite A
Jl. MH. Thamrin No.63, Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Dijual Apartment Saffron Noble Sentul City Lantai 32 No unit 11 Suite A Tower pertama draped 4 tower Saffron Residence di CENTERRA...
Turunnya suku bunga juga menarik perhatian investor dalam dan luar negeri. Biaya pinjaman yang lebih rendah memungkinkan pengembangan proyek properti berskala besar berjalan lebih efisien. Selain itu, ekspektasi kenaikan nilai aset dalam jangka panjang menjadikan properti sebagai pilihan investasi yang stabil.
Tren Harga Aset Properti dan Risiko Bubble
Dampak penurunan suku bunga BI tidak hanya terbatas pada peningkatan transaksi, tetapi juga pada nilai aset itu sendiri. Penurunan tingkat diskonto membuat valuasi properti naik. Dalam banyak kasus, hal ini terlihat dari tren harga rumah yang merangkak naik dalam beberapa kuartal terakhir.
Indeks IDX Property bahkan mencatat kenaikan lebih dari 30 persen sejak awal 2024. Namun, kondisi ini perlu diwaspadai. Ketika permintaan meningkat tajam dan harga terus melonjak, potensi terbentuknya gelembung harga (asset bubble) menjadi nyata. Oleh karena itu, kebijakan moneter yang longgar tetap harus dibarengi pengawasan ketat agar risiko sistemik bisa diminimalkan.
Kenaikan Kredit Konsumsi Termasuk KPR
Statistik Bank Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit konsumsi turut terdorong oleh penurunan bunga. Kredit konsumsi tumbuh lebih dari 10 persen, termasuk pembiayaan rumah. Ini menjadi sinyal positif sekaligus tantangan karena pertumbuhan ini harus diimbangi dengan kualitas kredit yang terjaga.