Dalam beberapa tahun terakhir, tren rumah tapak di Indonesia semakin meningkat. Banyak masyarakat beralih dari apartemen ke rumah tapak karena harga yang lebih terjangkau, ruang yang lebih luas, dan potensi investasi jangka panjang.
Fenomena ini terjadi seiring meningkatnya kebutuhan hunian yang nyaman pasca-pandemi, serta pembangunan infrastruktur yang mempermudah akses ke kawasan pinggiran kota.
Tren Rumah Tapak Jadi Pilihan Utama
Meski apartemen sempat mendominasi pasar properti kota besar, kini rumah tapak kembali menjadi incaran utama. Bagi keluarga muda dan investor, rumah tapak dianggap lebih menguntungkan karena menawarkan kepemilikan tanah, ruang fleksibel, serta potensi kenaikan harga yang stabil.
Faktor Utama Kenaikan Tren Rumah Tapak
Dijual Apartment Saffron Noble Sentul City Lantai 27 Unit 30 Suite B
Jl. MH. Thamrin No.63, Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Dijual Apartment Saffron Noble Sentul City Lantai 27 No unit 30 Suite B Tower pertama draped 4 tower Saffron Residence di CENTERRA...
- Kebutuhan Ruang Lebih Besar
Banyak keluarga menginginkan halaman, ruang bermain, dan area kerja di rumah. Rumah tapak memenuhi kebutuhan tersebut dibandingkan apartemen yang memiliki ruang terbatas. - Harga Kompetitif di Kawasan Penyangga
Pengembang gencar membangun perumahan tapak di kawasan penyangga kota besar dengan harga yang relatif terjangkau, membuatnya lebih menarik bagi pembeli rumah pertama. - Nilai Investasi Lebih Menjanjikan
Tanah cenderung mengalami kenaikan harga lebih cepat dibandingkan unit apartemen. Bagi investor, rumah tapak menjadi pilihan aset jangka panjang yang lebih aman.
Apartemen Mulai Kehilangan Daya Tarik
Penjualan apartemen di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya mengalami perlambatan. Banyak calon pembeli kini beralih ke rumah tapak, terutama karena alasan fleksibilitas, biaya, dan gaya hidup.
Penyebab Turunnya Minat pada Apartemen
Minat terhadap apartemen mulai menurun karena beberapa faktor yang memengaruhi keputusan pembeli. Apartemen dinilai kurang cocok bagi keluarga yang membutuhkan ruang luas atau area pribadi seperti halaman dan garasi, sehingga banyak yang beralih ke rumah tapak.
Selain itu, biaya perawatan apartemen juga terbilang tinggi karena pemilik harus membayar service charge, biaya parkir, dan perawatan gedung, sehingga biaya bulanan terasa lebih berat. Perubahan gaya hidup pasca-pandemi turut mendorong pergeseran ini, karena semakin banyak orang mencari hunian dengan udara segar, area hijau, serta fleksibilitas desain yang sulit ditemukan di apartemen.